Wednesday, July 06, 2005

Menjelang Senja

ketika senja berada pada ujung landasan..
dan tepi jalan sudah sepi dari lalu lalang..
yang mereka sebut sore menuju malam..

Rommy : rokok ku belum habis terbakar.. tak perlu tergesa menjemputnya...
Arie : Cinta tak mengenal waktu, kawan ! bukan maksud tak sabar,.. tapi karena dia tak

dapat menunggu nya...
Icha : Orang seperti mu seakan mengerti akan cinta...seperti siang tadi,. terlihat orang gila

berteriak lantang "aku cinta kamu" ... yah, semoga saja kamu tak seperti dia
Arie : ah , cha.. ! kamu tak tau , mungkin tak mengerti.. sebelum rasa itu resap ke dalam

mata hati mu..
kiki : sudah lah,.. tak perlu debat satu kalimat kosong tanpa makna lebih baik lanjutkan

tugas kita..
Arie : bagaimana bisa menulis naskah, sedangkan inspirasi tak hadir di sini ?
Rommy : Pikiran mu melayang ke alam maya kawan.. , serius dikit lah.. sudah mendekati

tenggat Rie..
Arie : Bukan tak ingin menyelesaikan naskah.. tapi memang kalimat terus menggumpal tak

dapat ku tulis..
Iwan : Saat kau menginginkan, terlalu sulit untuk menggenggamnya erat namun ketika tak

peduli, dia datang dengan mudah,. lalu menyesal ketika dia pergi meninggalkan
luka..hahahaha tak jauh beda..
Kiki : maksud mu ?
Icha : seperti tak tau dia saja,.. selalu terbuai pada alam pikiran lalu berkata tak jelas ,..

seakan semua memahami dirinya
Iwan : mungkin orang gila itu lebih mengerti apa yang ku katakan... Karena mereka yang

berkata cinta selalu tak dapat menjelaskan arti, makna, dan yang lebih keterlaluan, tak
dapat menyembuhkan luka nya sendiri..
Rommy : mereka terus bertanya, bukan ? dan tetap mencari air untuk memadamkan api..
Iwan : ya , dan mereka tak pernah menemukan jawabannya... yang ingin ku sampaikan,

sudah tersampaikan..

pada sebuah teras yang mulai lembab oleh rintik gerimis..
dengan iringan dari sebuah radio tua..
dan ratusan lembar coretan buah imajinasi mereka...
sehari sebelum bubar oleh konspirasi..

in memoriam Teater Teras 2001